Senin, 03 Januari 2011

Perilaku konservatif yang mulai tergantikan...


Kali ini saya akan menampilkan sedikit kreasi manusia yang boleh dibilang konservatif.
Mengapa saya mengatakan konservatif?
Karena temuan ini merupakan temuan yang boleh dibilang mempunyai manfaat untuk menjaga kelestarian alam raya kita.

Dustbot, kawan kawan pasti sudah mengenal robot ini. Karena robot ini telah dirilis sejak September 2010. Dustbot merupakan robot pemungut sampah yang diciptakan untuk menutupi sifat manusia yang malas memungut sampah. Sebenarnya saya memiliki sedikit kebingungan tentang diciptakannya robot ini. Karena menurut saya yang mestinya menjaga kelestarian bumu dengan cara membuang sampah pada tempatnya itu manusia bukan robot. Betul gak kawan kawan....

Saya sendiri awalnya menyatakan keheranan yang berlebihan (sok sok'an gitu, hehehe). Karena perilaku konservatif manusia yang mulai tergantikan. Padahal sampah adalah produk dari kegiatan manusia. Untuk itu, kita harus bertanggung jawab atas semua sampah yang kita hasilkan.

Sebenarnya, tanpa keberadaan Dustbot pun kita bisa melakukannya. Mungkin kita sudah terlalu sibuk atau kita yang malas untuk melakukan konservasi sampah kali ya... Semua itu harus kita kembalikan pada diri kita sendiri. Apakah kita mau, pada suatu saat nanti semua pekerjaan manusia akan digantikan oleh robot seperti apa yang ditayangkan dalam film "Doraemon". Saya yakin kita semua tidak mau budaya kita tergerus oleh budaya robotika yang sangat berkembang di era sekarang ini.

Semoga catatan kecil di atas bisa membuat kita lebih bersahabat dengan sampah sehingga kita bisa melakukan tindakan tindakan yang lebih konservatif lagi.

Oke jeh....

Minggu, 02 Januari 2011

Pecinta Alam Sepakati Piagam Cibodas 2010 dengan Pikiran Kosong

Dalam serangkaian Lomba Kebut Gunung 2010 yang digelar Vanaprastha di Cibodas yang bekerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango telah diadakan juga sebuah pembicaraan dan akhirnya didapatkan kesepakatan yang diberi nama Piagam Cibodas.

Tiga hal yang disepakati dalam Piagam Cibodas yang ditandatangani tiga perwakilan pencinta alam Indonesia, yakni dari Wanadri, Mapala UI dan Vanaprastha, yaitu:

Pertama, mendesak pemerintah untuk segera melakukan moratorium segala bentuk aktivitas ekspoiltasi hutan oleh para pemegang HPH dan para illegal logger di seluruh kawasan hutan nusantara.

Kedua, mendesak pemerintah mengambil sikap tegas dan menegakkan law enforcement terhadap para penjarah tanpa pandang bulu yang nyata telah menggundulkan hutan hingga menimbulkan bencana kemanusiaan.

Ketiga, mendesak pemerintah mengkaji ulang kebijakannya untuk segera mengembalikan fungsi hutan nusantara sebagai bagian terbesar paru-paru dunia untuk keberlanjutan hidup dan kemaslahatan umat manusia di muka bumi ini.

Dari tiga hal di atas, adan sedikit celotehan dan juga pertanyaan dari diri saya. Mengapa para pencinta alam tersebut hanya berusaha mendesak pemerintah???
Apakah tidak sebaiknya kalau para pencinta alam harus segera berbenah diri dan mengkaji kembali akan makna "pencinta alam"???

Saya sangat terharu melihat kawan kawan pencinta alam yang sudah mulai beralih profesi menjadi pencinta alkohol, pencinta adventure, pencinta adrenalin, dan pencinta angan angan. Sudah terlalu lama kita terbuai dengan nama pencinta alam yang keren, nama pencinta alam yang "sangar" serta nama pencinta alam yang "hebat". Tapi mana bukti nyata kita kepada alam raya yang senantiasa menemani kita setiap hari???

Bagi kawan kawan yang sudah sadar akan kepedulian kepada lingkungan, saya sangat berapresiasi kepada kalian kawan. Kepada kawan kawan yang sedang sedang saja atau bahkan belum pernah peduli dengan lingkungan, inilah saatnya kita buktikan bahwa kita adalah pencinta alam sejati, pencinta alam yang benar benar melestarikan alam. Seperti apa yang selalu kita teriakkan setiap hari. Seperti "salam lestari" kita yang menjadi penyemangat hidup kita.

Mari kita berjuang bersama untuk melestarikan alam raya kita mulai sekarang. Membibit satu pohon, menanam satu pohon, membuang sampah pada tempatnya, mengurangi pemakaian BBM, mengurangi penggunaan sampah anorganik dan sebagainya. Ingatlah kepada anak cucu kita. Kita past menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi mereka.

"Untuk apa kita mencari ilmu yang banyak, kalau kita tidak berdampak pada lingkungan dan masyarakat di sekitar kita

1 Januari Bukan Tanggal yang Bermakna


Setelah melewati tanggal 1 Januari kemarin, ada satu hal yang membuat saya bertanya kepada diri dan hati saya. Sebenarnya apa sih makna akan tanggal 1 Januari sehingga akhirnya membuat tanggal ini menjadi sakral dan eksklusif?

Pertanyaan itu seakan memberi banyak jawaban di pikiran saya dan beberapa teman yang saya tanyai. Namun hampir semua jawaban hanya merupakan jawaban subyektif yang intinya hanya berasal dari otak mereka masing masing.

Ada yang bilang tanggal 1 Januari merupakan awal dari adanya sistem kaleder (kaleidoskop) yang merupakan sistem peninggalan dari nenek moyang kita di zaman Yunani Kuno serta Mesir Kuno. Ada juga yang bilang bahwa tanggal 1 Januari merupakansuatu hari di mana kita harus mengevaluasi diri kita selama setahun silam kemudian kita membuat planning dan target untuk tahun ke depan. Dan banyak lagi yang lainnya, bahkan ada yang bilang bahwa tanggal 1 Januari adalah tanggal untuk mesum berjamaah di setiap sudut kota kita. Hehehe

Dengan semua pendapat itu, saya hanya bisa menyimpulkan bahwa tanggal 1 Januari hanyalah sebuah hari yang tanpa makna, tanpa arti bahkan tanpa nilai. Yang bermakna pada tanggal 1 Januari adalah apa yang kita lakukan di tanggal ini, apa yang dapat kita sumbangkan untuk diri kita dan masyarakat kita, betul nggak?

Jadi, mari kita isi hari hari kita dengan hal hal positif yang memiliki makna dan nilai plus. Karena hidup kita hanya sekali dan waktu kita untuk menjadi pribadi yang bermakna hanya satu kali.

Semoga keheningan alam raya serta kemeriahan kehidupan di hutan bisa menjadi penyemangat diri kita untuk selalu mencintai dan melestarikan alam.....