Arti Definisi Dan Tinjauan Etnofarmasi - Kehidupan masyarakat tradisional mempunyai interaksi yang sangat dekat dengan sumberdaya alam dan lingkungannya. Salah satunya adalah interaksi yang berhubungan dengan pemanfaatan tumbuhan. Interaksi yang ada tersebut merupakan sebuah pengalaman dari sebuah pengetahuan tradisional yang secara turun-temurun diwariskan dari para leluhur ke generasi-generasi selanjutnya serta mengembangkan pengetahuan tersebut dengan lingkungan untuk tetap bertahan hidup (Atok, 2009).
Penggunaan sumber daya alam sekitar untuk penyembuhan dapat diasumsikan sebagai bentuk pengobatan tertua di dunia. Hampir setiap budaya di dunia mempunyai sistem pengobatan tradisional yang khas yang sesuai dengan karakter budaya tersebut. Bahkan di setiap daerah juga dijumpai berbagai macam jenis sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat (Dorly, 2005).
Masyarakat Indonesia sendiri juga terdiri dari beberapa ratus suku yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Kebudayaan tersebut meliputi bahasa, adat-istiadat, serta pengetahuan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam sebagai obat tradisional. Pengetahuan obat tradisional ini spesifik bagi setiap etnis, sesuai dengan kondisi lingkungan dan tempat tinggal masing-masing suku tersebut (Muktiningsih et al., 2001). Langkah awal yang dilakukan untuk menggali pengetahuan berbagai suku bangsa dan masyarakat lokal tentang resep tradisional yang berkhasiat sebagai obat dapat dilakukan dengan pendekatan secara ilmiah (Kuntorini, 2005). Salah satu pendekatan ilmiah yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan secara etnofarmasi dalam masyarakat lokal tersebut (Pieroni et al., 2002)
Etnofarmasi adalah multidisiplin ilmu yang menghubungkan antara ilmu kefarmasian dengan kultur budaya dalam masyarakat. Dalam etnofarmasi dipelajari tentang faktor-faktor penentu budaya, pengelompokan, identifikasi, klasifikasi, pengkategorian bahan alam yang digunakan sebagai obat tradisional (etnobiologi), persiapan bentuk sediaan farmasi (etnofarmasetika), interaksi obat alam tersebut dengan tubuh (etnofarmakologi), dan aspek sosial-medis dalam masyarakat (etnomedisin) (Pieroni et al., 2002).
Dalam penelitian etnofarmasi, obyek utama penelitian tersebut adalah pada sebuah komunitas yang terisolasi untuk menemukan kembali resep tradisional komnitas tersebut dan mencoba mengevaluasinya secara biologis maupun secara kultural (Pieroni et al., 2002).
Dalam pelaksanaannya, etnofarmasi juga memerlukan pendekatan dengan masyarakat sama dengan penelitian etnografi sehingga pengamat terlibat langsung dalam kebudayaan yang sedang diteliti (Haviland, 1999). Kemudian dari hasil penelitian etnofarmasi tersebut akan didapatkan referensi untuk pengembangan atau penemuan obat baru yang berasal dari bahan alam berdasarkan resep obat tradisional dari komunitas atau etnis tertentu (Pieroni et al., 2002).
Di Indonesia sendiri penelitian yang spesifik untuk bidang ilmu etnofarmasi masih tergolong sedikit. Karena pada umumnya masih digolongkan dalam bidang ilmu etnobotani ataupun etnozoologi. Namun beberapa contoh penelitian etnofarmasi yang pernah dilakukan adalah penelitian yang dilaksanakan pada Suku Tengger Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo Jawa Timur (Aziz, 2010) terinventarisasi 47 tumbuhan, 3 jenis hewan, dan 5 bahan mineral dalam 60 resep tradisional yang digunakan untuk mengobati 29 jenis penyakit . Di wilayah Suku Tengger yang lain yaitu Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur (Bhagawan, 2011) telah terinventarisasi 54 jenis tumbuhan obat, 2 jenis hewan, dan 3 bahan mineral dalam 82 resep tradisional yang digunakan untuk mengobati 26 jenis penyakit. Pada penelitian yang lainnya di Suku Tengger Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa Timur (Pamungkas, 2011) telah terinventarisasi sebanyak 44 jenis tumbuhan obat, 3 jenis hewan, dan 3 bahan mineral yang digunakan dalam 77 resep tradisional untuk mengobati 28 jenis penyakit.
Etnofarmasi emang bagus untuk pengembangan pengobatan tradisional
BalasHapus