Sabtu, 05 Februari 2011

Lagi Lagi Bencana Longsor di Jember...


Gambar di atas adalah gambaran kondisi longsoran yang pernah terjadi di Kecamatan Panti Kabupaten Jember 5 tahun silam, tepatnya pada malam tahun baru 1 Januari 2006. Pada waktu itu banjir bandang yang disertai tanah dan reruntuhan kayu tersebut memakan korban ratusan orang. Bahkan bencana banjir bandang tersebut menjadi populer setelah disematkannya sebuah penghargaan bdari Bapak Presiden kalau bencana tersebut merupakan bencana nasional.

Setelah terjadi bencana alam tersebut, saya rasa pemerintah daerah kabupaten jember pada umumnya dan juga pemerintah daerah perkebunan (PDP) sama sekali tidak melakukan pemetaan atas bencana yang telah terjadi dan juga segera menemukan pencegahannya. Yang mereka lakukan hanyalah dengan semakin memperluas wilayah perkebunan yang secara nyata seharusnya tidak dimanfaatkan untuk perkebunan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 10.1/ Kpts-II/ 2000 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman pada tanggal 6 November 2000. Dalam Pasal 3 Keputusan Menteri tersebut ditetapkan:

(1) Areal hutan yang dapat dimohon untuk Usaha Hutan Tanaman adalah areal kosong di dalam kawasan hutan produksi dan/ atau areal hutan yang akan dialih fungsikan menjadi kawasan Hutan Produksi serta tidak dibebani hak-hak lain.

(2) Dalam hal alih fungsi kawasan hutan menjadi kawasan hutan produksi, maka prosedurnya harus berkoordinasi dengan DPRD dan disetujui Menteri atas rekomendasi Gubernur.

(3) Keadaan topografi dengan kelerengan maksimal 25%, dan topografi pada kelerengan 8% sampai dengan 25% harus diikuti dengan upaya konservasi tanah.

(4) Keadaan vegetasi berupa non hutan (semak belukar, padang alang-alang dan tanah kosong) atau areal bekas tebangan yang kondisinya rusak dengan potensi kayu bulat berdiameter 10 cm untuk semua jenis kayu dengan kubikasi tidak lebih dari 5m3 per hektar.

Tetapi apa yang terjadi di daerah Kecamatan Panti ternyata sangat berlawanan dengan apa yang telah ditentukan oleh pemerintah terutama pada ayat ketiga yang dengan jelas mengutarakan bahwa adanya hutan produksi tidak boleh melebihi kemiringan 25% dan juga harus memperhatikan konservasi tanah.

Keadaan yang ada di Kecamatan Panti sangat sangat membuat saya terkesima dengan ulah PDP dan juga pemerintah daerah yang secara terang terangan lebih memilih hutan rimba kita menjadi hutan kopi pada kemiringan lebih dari 25%. Bahkan pada bekas longsor pun, mereka masih sempat menanami lagi dengan tanaman kopi bahkan jagung yang saya rasa sangat tidak layak untuk menjadi penyangga hutan.

Saya bertanya dalam hati, mengapa secara sengaja pemerintah daerah mengorbankan rakyatnya sebagai tumbal atas adanya hutan kopi yang selama ini menjadi pemicu longsor di Kecamatan Panti. Apakah mereka hanya pernah diajarkan untuk mengeksploitasi hutan daripada untuk mengkonservasi hutan?

Kemaren malam pada jam 01:30 WIB tanggal 4 Februari 2011 akhirnya yang ditunggu tunggu telah tiba. Lagi lagi bencana longsor terjadi di kecamatan panti. Ada total 4 kawasan yang menjadi lokasi longsor di Panti, yaitu Daerah Besaran Pakis, Gudang Tengah, Kayangan dan juga Klepuh. Kalo sudah seperti ini, siapa yang harus lebih dulu dicengkeram lalu dihabisi???

"apakah pemerintah daerah???"
"apakah PDP???"

Semua kebingungan yang terjadi, seharusnya menjadikan kita lebih menyadari bahwa yang harus kita lakukan adalah dengan tidak mencari kambing hitam atas masalah ini. Yang harus kita lakukan adalah bersama-sama mencari solusi demi kebaikan bersama. Karena yang harus diutamakan adalah keselamatan dan kebahagiaan kita bersama.

Semoga semua elemen yang ada benar benar berperan dalam membangun suatu sistem dengan tatanan yang bisa membawa manfaat, bukan malah membawa bencana bagi kita semua. Satu hal yang pasti, KAMI para PENCINTA ALAM akan selalu berperan menjadi yang terbaik bagi alam dan lingkungan yang ada di sekitar kami.

"Manusia diciptakan untuk hidup selaras dengan lingkungan, bukan untuk menguasai dan mengeksplorasi lingkungan secara berlebihan...."

9 komentar:

  1. ehm.. semoga aja enggak terulang lagi bencana di Panti

    BalasHapus
  2. Mas Boll, saya ada sedikit koreksi. Mohon maaf sebelumnya, bukan bermaksud menggurui (Puh pilihan katane kaku reeek...)
    Pertama, perkebunan tidak punya jiwa konservasi, itu jelas. Ya benar, mereka turut berperan aktif menghijaukan lahan, tapi hijau yang seperti apa?
    Kedua, dimanapun (tidak hanya di jember), yang namanya politikus itu seringkali lebih mengutamakan masalah ekonomi ketimbang ekologi. Sebuah sudut pandang yang sulit dirubah di negeri suap ini.
    Dari dua poin itu saja, bisa dikatakan bencana Panti adalah bencana yang sudah bisa diprediksi sebelumnya, tapi mengalami pembiaran. Para pencinta lingkungan yang menghabiskan sisa hidupnya untuk bertengger di sana, jumlahnya sedikit, lebih sedikit dari jumlah jari yang kita miliki.
    Apa yang harus kita lakukan? tentu saja tetap bergerak, dengan apa yang kita bisa lakukan meskipun sederhana. Misalnya, nulis di blog seperti yang Mas Boll lakukan. Salut.
    Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk ikut peduli seperti kita. Mereka juga punya hak kok untuk berkata tidak, hehe..
    Dan satu catatan lagi untuk SAR. Hendaknya koordinatif. Tidak mengeluarkan instruksi secara pribadi, tapi lebih baik secara bersama. Salah satu sarana yang kawan2 punya, SAR OPA (masih adakah? hehe, guyon rek)
    Lebih baik terlambat satu hari tapi koordinatif daripada tiba di lokasi secapat mungkin tanpa koordinasi.
    Nah, inti dari tulisan yang panjang ini cuma satu, saya undang anda untuk ngopi sambil genjrang genjreng, kapan dan dimanapun.
    Duh, gak nyambung blas yo? hahaha...Ngene iki nek durung ngopi.

    BalasHapus
  3. O'ow.. mak dowo komentare, padahal cuma pengen ngajak ngopi, hahaha....

    BalasHapus
  4. Ngopi yo? Kok gak ajak ajak? melu akuuuuuu......................

    BalasHapus
  5. mas lozz : semoga tidak terulang kembali kebodohan yang ada di Panti

    bukan lozz : ngopi nang endi cak, ayok wes

    masbro : biasa sam, jek tas diajari gawe cerito

    mbak prit : ayok melu, minggu depan ngopi di argopuro

    bwt semua : kondisi di krenceng udah cukup parah, dimohon kesiapannya kalo ada hujan deras lagi......

    BalasHapus
  6. :( semoga kita terhindar dari mara bahaya, berdoa dan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta karena dunianya sudah tua.
    Salam kenal dan terima kasih atas informasinya.

    BalasHapus
  7. iku sopo komen kok taker dowo... wah iso ngentekno kopi sak morong ceritane hehehe

    BalasHapus
  8. villa yasmin : salam kenal juga buat kawan disana, yang pasti, kedekatan kita kepada Tuhan adalah sesuatu yang tak boleh dilupakan...

    maz lozz : seng komen dowo iku wes ngombe kopi sak letek'e, hehehe

    BalasHapus
  9. Uhui, ayas sing komen dowo rek, sepurane yo..
    Asline cuma pengen meramaikan blog iki hehe. Lek sekirane kedawan, dihapus ae gak popo..

    BalasHapus